Sunday, September 23, 2007

Nasi Goreng Ikan Asin pt.3

Bobby Sixkiller

Kamis pagi. Gue dan Irfan sudah dihadapkan sama kejadian yang gak enak. Kita berdua dipanggil ke ruangan Pak Rahmat, yang mana dia adalah atasan kita. Sangat mudah buat cari Pak Rahmat di gedung ini, selain dia chief editor, dia juga punya fashion sense yang eksotik, or in other word nyentrik. Dengan rambut selalu klimis, memelihara kumis dan jenggot, dan perutnya yang tambun. Dan hari ini dia melakukan suatu breakthrough datang kekantor dengan menggunakan kaca mata hitam lengkap dengan Jaket dan celana kulit. Hard to imagine ? Ok..inget Bobby sixkiller di serial tv Renegade dulu? Nah, picture that but with big round belly. Come to think of it, mungkin lebih mirip Sinterklas muda daripada Bobby Sixkiller. Dan pagi ini dia menyuruh kita berdua ke ruangannya buat mendengarkan hasil meeting dengan client yang seharusnya ketemu sabtu kemarin.

“Pagi pak!” Gue duluan masuk ke ruangannya dan sempat terdiam mendapatkan Pak Rahmat sedang bergaya seperti koboi didepan kaca. Pak Rahmat nggak menggubris kata-kata gue.
“Ekspresinya kurang pak..”
“Eh, kamu ndra..Gimana saya pagi ini ? sudah cukup ganteng kan ?” Kata dia Pede,

Damn! gue kira gue yang paling narsis, ternyata masih ada yang lebih daripada gue. kata gue dalam hati. Demi menjaga dan menyelamatkan nasib karir gue yang baru seumur jagung disini, gue pun terpaksa berbohong.

“Mmmmmh..Ganteng pak, cuma saya rasa kurang topi koboi sama kalung-kalungannnya pak, pasti bapak keliatan lebih berwibawa.”
“Wah betul kamu ndra, gak salah memang saya kamu terima di majalah ini, selera berpakaian kamu ternyata sebelas-dua belas sama saya. Gak beda jauh lah, Ok nanti makan siang saya akan cari topi dan kalung itu” Kata dia semangat.

“Im was being sarcastic, you freak!” kata gue dalam hati, dan gue gak berani ngebayangin apa yang nantinya reaksi Irfan begitu dia masuk keruangan ini.

“Duduk Ndra, mana Irfan ? tadi kan saya suruh kalian menghadap saya berdua.”
“Eh ada pak, lagi ke toilet mungkin.”
“Jadi gimana meeting dengan client sabtu kemarin ? sudah beres semua ?”
“Itu dia pak..”

Sebelum gue melanjutkan kata-kata gue, Irfan tiba-tiba mengetuk dan masuk ruangan. Gue berdoa semoga dia gak melakukan tindakan-tindakan ajaib yang bisa menyebabkan kita dipecat setelah melihat dandanan Pak Rahmat.

“Selamat Pa…..gi Pak!” kata Irfan dengan menirukan anak-anak SD mengucapkan salam. Irfan langsung terkesima melihat dandanan Pak Rahmat dan menahan ketawa, sedangkan gue langsung melakukan kontak mata dengan Irfan memberi tanda untuk ngga berbuat sesuatu yang aneh-aneh.

“Wah, pak ganteng sekali bapak pagi ini, cocok pak!” Kata Irfan yang sebenarnya meledek tapi dianggap sebagi pujian oleh Pak Rahmat.

“Wah makasih fan..” Pak Rahmat makin pede.
“Jadi ? gimana hasil meeting dengan client sabtu kemarin ? kapan kita bisa memulai photoshoot untuk edisi ulang tahun majalah kita ini ?” Tanya Pak Rahmat.

“As I was saying pak..kemarin itu kita gak jadi meeting karena client tiba-tiba membatalkan karena model yang tadinya mereka akan pakai untuk photoshoot ini tiba-tiba berhalangan.”
“Hah ? lalu kita harus mulai dari awal lagi ?” Pak Rahmat mulai menunjukkan tanda-tanda kepanikan,
“Ngga pak, tenang aja mereka juga sedang mencari talent baru untuk konsep mereka, saya dan Irfan pun berusaha mencari juga kok pak, ya kan fan ?”
“Betul pak!”
“Lalu kapan kalian bisa dapat talent baru nya ? besok ? lusa ?”
“Pak, kita kan nyari talent, bukan nyari jasa badut atau tukang sulap yang no.telponnya ada di setiap tiang listrik dan besok langsung datang kerumah.”
“Betul pak!” sahut Irfan.
“Mmmh..ya sudah, kalian berdua saya kasih waktu sampai akhir minggu ini, kalau sampai akhir minggu ini gak dapet….kalian saya hokum potong gaji!”
“Waduh pak…jangan gitu dong pak, kan bukan salah kita! Ya kan fan ?” Kata gue sedikit keberatan.
“Bet..”
“Fan, Cukup! Sekali lagi kamu bilang betul, saya turunkan pangkat kamu jadi OB!”
“Betu..eh Baik Pak!” kata Irfan.
“Ya sudah, keluar kalian dari ruangan saya..kembali bekerja”
“Baik pak!”
“Eh..Ndra!” kata Pak Rahmat menahan.
“Ya Pak ?”
“Tolong carikan info toko yang menjual pernak-pernik koboi didekat sini ya.”
“B..baik pak!”

Can’t Get You Out of My Head

Begitu keluar dari ruangan Pak Rahmat, gue langsung mencoba menghubungi semua kenalan model yang pernah kerjasama sama majalah ini, tapi hasilnya nihil. Either model itu udah ada jadwal pemotretan atau sedang liburan ke luar negeri. Irfan pun mulai menelpon kenalan-kenalannya yang kiranya bisa diajak bekerja sama, tetapi nasibnya juga sama.
Gue pun membuka friendster untuk mencari temen-temen gue yang paling ngga cocok dengan konsep photoshoot kita. Ditengah keputusasaan, gue tiba-tiba mengklik account Irfan dan mencari satu nama yang udah tiga hari ini menyita pikiran gue. Citra, makhluk manis yang gue kenal ditempat dvd weekend kemaren. Setelah mengubek-ubek lama akhirnya ketemu.

“Hmm..lucu juga.” kata gue dalam hati.
“Citra Putri Fidhayanti..what a gorgeous name.”
“Female,22, single, hmmm..interesting.”
“Hoobies & Interest…Crazy for photography, fashion stylist & modeling..Love it!”
“Payah Ndra, orang-orang pada gak bisa semua, ada yang bisa tapi minta bayaran tinggi banget..cyapede” Kata Irfan.

“Eh itu kan…Citra yang kmaren Ndra. Ciyeee..Andra.”

Gue langsung spontan menutup page friendsternya Citra daripada manusia satu ini mengolok-olok gue terlalu lama.

“Paan sih ?! Gue kan cuma cari talent buat photoshoot kita nyet!” Sanggah gue.
“Jenius lo Ndra! Jenius…” Kata Irfan sumringah.
“Apaan ?? emang gue ngapain ?”
“Kita minta si Citra aja jadi talent, buat photoshoot kita. Coba gue hubungin sekarang ya, kmaren gue dapet no.telponnya pas kita ketemu ditempat dvd.”
“Sip!” kata gue sedikit antusias.

-Beeeep –

Sunday morning rain is falling
Steal some covers share some skin
Clouds are shrouding us in moments unforgettable
You twist to fit the mold that I am in

But things just get so crazy living life gets hard to do
And I would gladly hit the road get up and go if I knew
That someday it would lead me back to you
That someday it would lead me back to you

“Enak juga nada sambungnya dia..nyanyi ah!” Kata Irfan.

“Hallo?” Citra menjawab.
“That may be aaaaaaaaaaaall I neeeeeeeed…”Irfan terus bernyanyi gak sadar kalo Citra sudah mengangkat teleponya.
“Hallo…Fan??”
“In darkness she is aaaaaall I seeeeee… Come and rest your bones with me” Irfan terus bernyanyi dan sekarang bergaya seperti kontestan Indonesian Idol yang sedang melakukan audisi.
“…..” Citra diam menahan tawa mendengarkan Irfan yang tidak sadar masih bernyanyi.
“Driving slow on Sunday morning.. And I never want to le..”
“Yak Cukup! Kamu lulus audisi, sampai ketemu di Jakarta!” seru Citra.
“Hah ? Heh ? “ Irfan kaget karena daritadi ternyata Citra sudah mengangkat dan mendengarkan dia bernyanyi.
“Eh udah diangkat..jadi malu.”
“Hahahaha..suara kamu bagus fan, kamu bukan nelpon aku buat karaokean kan ?”
”Hahahah..bisa aja lo, bukan..bukan, gue nelpon lo mau nawarin kerjaan, sibuk ngga?”
“O ya kerjaan apa ? Kebetulan aku lagi libur kuliah nih, bosen dirumah terus.”
”Wah kebetulan, jadi gini cit, kita lagi perlu talent buat photoshoot kita, soalnya talent yang sebelumnya tiba-tiba batalin janji.”
“Wah aku seneng bangeet, aku emang pengen banget terlibat sama kerjaan-kerjaan kaya gini.”
“Jadi ? lo bersedia Bantu kita nih ? nanti kita satu tim sama Andra yang waktu itu ketemu di tempat dvd, kamu inget kan ?”
“O yaa ? inget dong..Jadi I will be glad to help you guys! Jadi kapan kita mulai ?” Katanya semangat.
“Mmmh..Gimana kalo hari Senin kamu dateng kekantor kita buat bicarain semuanya? Setuju ?”
“Okie Dokie!”
“Okay..sampe ketemu Senin. Daagh Citra.”
“Dagh Irfan.”

- Klik –

“Beres Ndra, hari Senin nanti dia mau kesini buat bicarain photoshootnya.
“Siip! Gak jadi dihukum berarti kita.” Bales gue lega.

Sebenernya gue bukan lega karena gak dihukum sama Sinterklas muda, tapi lebih karena gue akan ketemu lagi sama seseorang yang kepikiran sama gue akhir-akhir ini.